Ass.wr.wb. Bpk/ibu guru.
Afwan izin berbagi pandangan.
Pada dasarnya pendidikan pertama & guru pertama adalah "Al Baitu Madrasatul Ula" Keluarga & kedua orang tua, Maka kalau kita mau literasi sejarah agama, ada salah satu kegalauan orang tua, seperti kegalauan org tua yang bernama Nabi Yaqub as, Ibrahim as, Ismail as, ketika beliau-beliau akan, melepas ruh dalam jiwa (wafat), satu-satunya yang mengganjal perasaan mereka adalah tentang kalimat "Maa Ta'buduna Mim Ba'di" nak kalau ayah sudah tiada, kamu nyembah apa nak ? Jadi hambanya siapa nak ? Jd hamba Tuhan ? Atau pindah menjadi hamba2 yg lain ?
Maka sering kita lihat fenomena orang tua zaman sekarang mereka lebih khawatir & gelisah/galau tentang kalimat yang terbalik "Maa Ta'kuluna Mim Ba'di" nak kalau ayah tidak ada kamu makan apa nak ? Masih makan nasi atau pindah makan makanan yg lain nak ? Jelas orang tua zaman dahulu lebih mementingkan penanaman agama/budi pekerti, ketimbang mementingkan isi perut anak-anaknya, sebab ada sebagian pepatah ulama menyataka, "jika agama/budi pekerti dipegang erat, Insya Allah urusan perut mengikutinya".
Dari sini kita mulai menemukan secercah titik terang sebagai benang merah fenomena kenakalan siswa/i seperti kita sekarang (tawuran, nga'BM, papalidan, seks bebas, dll) tentang penanaman agama/budi pekerti yang harus dimulai sejak dini. Jangan-jangan ada yang salah dengan pendidikan Keluarga & kedua orang tuanya, jangan-jangan ada yang salah dengan niat dalam menyekolahkan anak-anaknya, dan pada dasarnya kebanyakan orang tua menyekolahkan anaknya ingin pintar, padahal kalau kita kaji pada kalimat "pintar" tersebut banyak sandingan katanya (pintar berbohong, pintar tawuran/pintar berkelahi/pintar merokok/pintar matematika, fisika, ipa, dll) ini yang banyak tidak disadari oleh sebagian orang tua, jikalau niatnya lurus menyekolahkan anaknya ingin "Sholeh" Insya Allah dalam kalimat "Sholeh" terdapat penanaman budi pekerti luhur, baik dimulai dari Sidiq, Tabligh, Amanah, Fathonah, (komplit akhlak-akhlak yang baik) yang akhirnya mampu menjadi Uswatun Hasanah.
Bapak/Ibu guru yang saya hormati, saat pendidikan agama ini ditanam sejak dini, Insya Allah mereka siswa/i akan mengetahui dirinya dari batasan-batasan yang dilarang agamanya, mereka akan Menanamkan penghambaannya sebagai hamba Tuhan "Anna Muslimun Qobla Kulli Syai'in" sebelum melakukan apapun, saya seorang hamba Tuhan (muslim), mereka akan sadar ketika mereka dimanapun, merasakan kehadiran Tuhan dekat dalam hidupnya.
Pendidikan Keluarga seharusnya yang mempunyai peranan utama, dalam teks fenomena kenakalan siswa/i kita, sebab banyak pendidikan keluarga yang bertolak belakang/abai dengan pendidikan sekolah, beberapa contoh, banyak siswa yang dilarang merokok oleh pihak sekolah, akan tetapi di rumah mereka diperbolehkan dll, Begitupun keluarga seharusnya lebih selektif dalam memberikan fasilitas, contoh hal seprti gadget tanpa punya antisipasi dalam pemberian gadget, gadgetpun seharusnya bisa menjadi alat bantu untuk siswa/i dalam belajar, jangan hanya mampu memberikan saja, dari gadget pun banyak disalah gunakan oleh siswa/i kita, kita tidak bisa menyalahkan gadget & internet, karna itu adalah masuk pada perkembangan ilmu sebagai penambah wawasan siswa/i kita dalam belajar, jangan-jangan keluarga hanya mampu memberi fasilitas saja, tanpa mampu mengantisipasinya, seperti halnya melempar boomerang tapi tidak sanggup menangkap lemparannya kembali alias (Gaptek).
Dan banyak dari siswa/i kita yang terlibat Tawuran sebagai contoh dari keluarga yang notabene dari keluarga yang broken home/perceraian orang tua (korban ketidak dewasaan orang tua) padahal perceraian bukan solusi yang baik, solusi yang baik itu nambah istri lagi (jangan terlalu serius) dari hasil percerai itu banyak anak yang salah asuh selain hasilnya menjadi janda bodong & abang toyib, dengan menyalahkan satu sama lain antara keluarga & sekolah. Begitupun banyak yang salah tafsir, orang lebih menghargai selingkuh dari pada poligami (guyon). Hehe
Teringat pepatah sebelum mengakhiri tulisan ini, "The Man Behind the gun" jikalau Pisau dipegang oleh siswa/i kita yang beriman, paling jauh dan ditebas leher ayam, tapi jika pisau dipegang oleh siswa/i kita kurang iman tidak hanya leher ayam yang ditebas, leher temannya sendiri pun bisa digarap, begitupun gadget dipegang oleh siswa/i kita, paling jauh yang dilihat artikel-artikel yang bermnfaat, tapi kalau gadget dipegang oleh siswa/i kita yang kurang iman, tidak hanya artikel saja yang dilihat, video pornopun bisa dilihatnya, begitupun, samurai, cerulit, gir, sebagai alat tawuran dll.
Semoga bermanfaat.
Wassalam.
Asep Jawawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar